Makanan Berbuka Puasa
Oleh Marsela
Marhaban, ya, Ramadan, bulan suci penuh ampunan dan keberkahan bagi umat Islam. Bulan yang paling dinanti pada setiap tahunnya. Malam harinya, salat Tarawih ditunaikan. Orang-orang berkeliling sambil bergendang untuk membangunkan orang lain ketika sahur.
Suara azan terdengar bersahut-sahutan.
“Sel, Marsel. Ayo, kita salat berjemaah,” ajak Cicih.
Marsela membuka matanya. Dia tadi tertidur setelah sahur.
“Sebentar, Marsel ambil wudu dulu,” jawabnya sambil duduk, kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Sementara itu, Cicih menunggu sahabatnya itu di ruang tengah sambil membaca salah satu buku antologi karya Marsela yang berjudul Arwah Rusmini dan Dear Aku.
Tak lama kemudian, Marsela keluar dari kamar mandi dan langsung mengambil perlengkapan salatnya.
Marsela dan Cicih pun berangkat menuju masjid yang letaknya tak jauh dari rumah mereka.
“Asalamualaikum,” sapa Marsela dan Cicih ketika tiba di Masjid Jami Baiturohman itu.
“Wa’alaikumus-salam,” sahut ibu-ibu yang sudah lebih dulu berada di masjid.
Marsela dan Cicih kemudian memakai mukena. Setelah itu, mereka salat Subuh berjemaah.
Usai salat berjemaah, tadarus dilantunkan oleh Lea, salah satu santri di Masjid Jami Baiturohman itu. Suaranya begitu merdu dan syahdu. Suara ayat suci Al-Qur’an yang dibaca Lea membuat hati para pendengarnya merasa damai.
“Sel, suara si Lea merdu banget, ya?” tanya Cicih.
“Iya, suaranya bagus banget.”
Setelah hampir satu jam berada di masjid, Marsela, Cicih, serta Lea segera beranjak untuk kembali ke rumah masing-masing karena fajar sudah mulai terbit.
“Sel, nanti siang kamu ada acara apa?” tanya Cicih ketika mereka dalam perjalanan menuju rumah.
“Aku mau buat resep makanan,” jawab Marsela.
“Kalau kamu, mau ke mana, Le?” tanya Cicih kepada Lea.
“Lea mau membeli bahan buat takjil nanti sore.”
“Oh, gitu,” ucap Cicih.
“Terus, Cicih sendiri mau ke mana?” Lea balik bertanya.
“Aku, sih, enggak ada acara,” jawab Cicih.
“Kalau gitu, Cicih ke rumah Lea aja buat bantuin Lea bikin takjil. Rencananya, Lea mau bikin kolak ubi sama muffin cake,” ajak Lea.
“Iya, bener, tuh, yang dikatakan Lea. Kalau gitu, Marsela juga ikut, ya,” pinta Marsela.
“Oh, boleh banget. Kalau gitu, nanti bikinnya sekalian banyak aja biar bisa dibagikan sama jemaah di masjid juga,” sahut Cicih.
“Iya, bener, tuh! Nanti biar Marsela saja yang bikin resepnya,” jawab Marsela sambil tersenyum.
“Oke, deh!” Lea menjawab sambil mengacungkan jempolnya.
Mereka pun melanjutkan perjalanan.
“Oh, iya, jangan lupa nanti kumpul di rumah Lea pukul 11.15, ya!” Beritahu Lea kepada Marsela dan Cicih.
“Baik,” jawab Cicih dan Marsela serentak.
Setelah sampai di rumah, Marsela membuka notepad-nya dan berpikir tentang resep apa saja yang akan dia tulis.
“Resep apa, ya, yang mau aku tulis buat buku resepku?” gumam Marsela yang sedang duduk di sofa jaguarnya. “Hm … aku tanya Lea aja, deh! Lea, kan, jago masak.”
Marsela pun beranjak dari tempat duduknya menuju dapur. Dia mengambil beberapa bahan makanan dan buah-buahan untuk dibawa ke rumah Lea.
Jam dinding di rumahnya sudah menunjukkan pukul 11.00. Lea pun bersiap untuk pergi ke rumah Lea. Marsela berjalan sambil membawa satu kantong plastik yang berisi bahan makanan.
“Mau ke mana, Marsela?” sapa tetangga.
“Anu, Bu, mau ke rumahnya Lea, mau nyiapin makanan buat nanti malam,” jawab Marsela.
“Emang ada acara apa, Sel?” tanya tetangganya lagi.
“Ini, Bu, acara buka bersama di Masjid Jami Baiturohman.” Sambil tersenyum Marsela menjawab pertanyaan tetangganya itu.
“Oh, begitu!”
“Iya, Bu. Kalau begitu, Marsela permisi dulu, ya, Bu.” Marsela pun pamit dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah Lea.
***
Lea sedang menyiapkan alat-alat yang akan digunakan serta keranjang bahan makanan yang sudah dibelinya.
“Asalamualaikum.”
Terdengar suara seseorang mengucapkan salam.
“Wa’alaikumus-salam,” sahut Lea. Dia kemudian berjalan menuju ruang depan untuk membukakan pintu.
“Eh, Marsela udah datang. Mana Cicih, enggak barengan?” tanya Lea yang bersuara merdu itu.
“Tidak! Ya, sudah, biar Marsela telepon saja,” jawab Marsela.
“Baiklah. Ayo, masuk! Silakan duduk dulu!” Lea mengajak Marsela duduk di ruang tamu.
“Iya, terima kasih.”
Tak lama kemudian, terdengar kembali salam dari seseorang. Lea dan Marsela menjawab salam itu berbarengan. Lea bergegas membuka pintu rumahnya.
“Eh, Cicih. Baru saja mau Marsela telepon, udah ada di depan pintu aja,” kata Lea sambil tersenyum.
“Iya, tadi Cicih mampir ke rumah Marsela. Kata tetangganya, Marsela sudah berangkat ke sini,” jawab Cicih.
“Iya, tadi memang Bu Maryati nanya Marsela,” balas Marsela.
“Ya, sudah. Karena semuanya sudah kumpul, gimana kalau kita mulai saja?” ajak Lea.
“Ayo!” jawab Marsela dan Cicih bersemangat.
Mereka pun berjalan menuju dapur untuk menyiapkan bahan-bahan takjil dan muffin cake.